Imamal-Mawarzi menekankan pentingnya shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam sebuah buku yang berjudul "Kata Shalat dalam al-Quran" karya Dr. KH. M. Sholeh Qosim, M.Si disebutkan bahwa kata "صَلَاةٌ" dari segi asal usul penyebutannya, berasal dari bahasa Babilonia yang artinya ibadah tertentu dalam syari
Muslim Obsession – Bangsa Indonesia pernah mencatat sejarah kelam, yaitu ketika Partai Komunis Indonesia melancarkan aksinya memburu serta membunuh para jenderal dan ulama. PKI membabi-buta berupaya menghabisi orang-orang yang dekat dengan Islam, termasuk para pengasuh pondok pesantren. Seorang antropolog Amerika bernama Robert Jay yang mulai tahun 1953 turun ke Jawa Tengah menggambarkan kekejaman PKI. Robert antara lain mengungkapkan bahwa PKI menggunakan kekuatan untuk melenyapkan bukan saja para pejabat pemerintah pusat, tapi juga penduduk biasa yang merasa dendam. Mereka itu terutama ulama-ulama tradisionalis, santri dan lain-lain yang dikenal karena kesalihan mereka kepada Islam. “Mereka ini ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang, kadang-kadang ketiga-tiganya sekaligus. Masjid dan madrasah dibakar, rumah-rumah pemeluknya dirampok dan dirusak,” terangnya. Keganasan PKI juga merembet ke Ponorogo. Di Pondok Gontor, mereka memburu pimpinan KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi untuk dibunuh. Ahmad Ghozali Fadli, Wasekjen Forum Muballigh Alumni FMA Gontor dan Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang, menuliskan kembali kisah menegangkan pengrusakan Pondok Gontor dan upaya pembunuhan para kiai oleh para aktivis PKI. “Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,” inilah yel-yel yang diteriakkan Partai Komunis Indonesia PKI Madiun pada tahun 1948. Sejak 18 September 1948, Muso memproklamirkan negara Soviet Indonesia di Madiun. Otomatis, Magetan, Ponorogo, Pacitan menjadi sasaran berikutnya. Kyai di Pondok Takeran Magetan sudah dihabisi oleh PKI. Sekitar 168 orang tewas dikubur hidup-hidup. Kemudian PKI geser ke Ponorogo. Dengan sasaran Pondok Modern Darussalam Gontor. KH. Imam Zarkasyi Pak Zar dan KH Ahmad Sahal Pak Sahal dibantu kakak tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto yang saat itu menjabat sebagai Lurah desa Gontor, pun berembug bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok. “Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dkenali PKI aku iki. Sudah Pak Sahal, Anda saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya Anda. Biar saya yang menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini,” kata Pak Zar. Pak Sahal pun menjawab “Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmu-mu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo Zar, njajal awak mendahno lek mati”. Tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar. Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo Zar, mencoba badan, walau sampai mati”. Akhirnya, diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri. Penjagaan pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto. Berangkatlah rombongan pondok Gontor kearah timur menuju Gua Kusumo, saat ini dikenal dengan Gua Sahal di Trenggalek. Mereka menempuh jalur utara melewati gunung Bayangkaki. Pak Sahal pun berujar, “Labuh bondo, labuh bahu, labuh pikir, lek perlu sakyawane pisan,” Korban harta, korban tenaga, korban pikiran, jika perlu nyawa sekalian akan aku berikan”. Sehari setelah santri-santri mengungsi, akhirnya para PKI betul-betul datang. Mereka langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh pondok Gontor. Tepat pukul WIB, PKI mulai menyerang pondok. Senjata ditembakkan. Mereka sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam pondok. Setelah tak ada reaksi, mereka berkesimpulan bahwa pondok Gontor sudah dijadikan markas tentara. Pukul WIB, mereka akhirnya menyerbu ke dalam pondok dari arah timur, kemudian disusul rombongan dari arah utara. Tak lama kemudian datang lagi rombongan penyerang dari arah barat. Jumlah waktu itu ditaksir sekitar 400 orang. Dengan mengendarai kuda pimpinan tentara PKI berhenti didepan rumah pendopo lurah KH. Rahmat Soekarto. Mengetahui kedatangan tamu, lurah Rahmat menyambut tamunya dengan ramah, serta menanyakan maksud dan tujuan mereka. Tanpa turun dari kuda, pimpinan PKI ini langsung mencecar lurah Rahmat. Kemudian mereka meninggalkan rumah lurah Rahmat, nekat masuk tempat tinggal santri, lalu berteriak-teriak mencari kyai Gontor. “Endi kyai-ne, endi kyai-ne? Kon ngadepi PKI kene…” Mana Kyainya, mana kyainya? Suruh menghadapi PKI sini…. Karena tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari gedeg bambu dirusak. Buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama. Mereka menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab dan buku-buku. Termasuk beberapa kitab suci Al-Qur’an mereka injak dan bakar. Akhirnya, PKI pun kembali kerumah lurah Rahmat, lalu berusaha masuk ke rumah untuk membunuh KH. Rahmat Soekarto. Mereka sambil teriak, “Endi lurahe? Gelem melu PKI po ra? Lek ra gelem, dibeleh sisan neng kene…!” Mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau tidak mau masuk anggota PKI, kita sembelih sekalian di sini. Namun, tak berapa lama sebelum mereka bisa masuk kerumah lurah Rahmat. Datanglah laskar Hizbullah dan pasukan Siliwangi. Pasukan itu dipimpin KH. Yusuf Hasyim, putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari. Pasukan PKI itu akhirnya lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Membiarkan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam keadaan porak poranda. Semoga sejarah ini menjadi pengingat dan pelajaran berharga untuk perjuangan mempertahankan Islam, Pesantren, Bangsa dan Negara.
PimpinanPondok Modern Darussalam Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal, mengungkapkan perasaan semangatnya ketika menyampaikan pesan dan nasihat di acara Peletakan Subhanaallah, Begini Doa Kyai Hasan Abdullah Sahal Terkait Pembangunan Gontor Auto Service - Kata Indonesia
AKBAR ZAINUDIN, Presiden Forum Jiilut Tis’iinat FJT, Alumni Gontor 1990-an Yahanu, satu kata berjuta makna, terutama bagi santri dan alumni Pondok Modern Gontor. Begitu terkenal dan melekatnya kata-kata ini, sampai-sampai banyak alumni Gontor kalau ditanya tips sukses mereka, salah satunya adalah faktor “yahanu”. Karena itulah, Forum Jiilut Tis’iinaat FJT, sebuah forum yang beranggotakan alumni Gontor tahun 1990-an ada 11 angkatan, dari 1990 sampai dengan 1999 akhir, mengadakan webinar pada Jumat 13/03/2021 dengan tema “The Power of Yahanu”. Kata Yahanu memang seakan-akan berasal dari Bahasa Arab. Namun kalau dicari di negeri Arab manapun, kelihatannya tidak akan ditemukan kata ini. Hanya ada di Gontor. Kata ini, menurut Dr Nur Hizbullah, salah satu pakar Bahasa Arab, memang Bahasa “slank”, bahasa gaul anak-anak remaja yang sedang nyantri, semacam “kreativitas” dari para santri, selain menggunakan bahasa resmi yang fasih sesuai kaidah. Menurut ustaz Maritho Lidinillah, salah seorang senior alumni Gontor, kata Yahanu itu tidak berdiri sendiri. Banyak santri tahun 1970-an sudah mengenal kata-kata ini, dan juga kata-kata lain yang merupakan “plesetan” atau bukan bahasa resmi di pondok. Karena itulah, KH Imam Zarkasyi, pimpinan pondok saat itu sering “menegur” para santri yang menggunakan “bahasa plesetan” ini agar menggunakan bahasa Arab yang lebih sesuai kaidah. Menurut Dr Adib Fuadi Nuriz MA MPhil yang baru diberikan amanah sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor PP IKPM, kata Yahanu adalah bahasa bersama, kearifan lokal alumni Gontor yang ternyata memang menjadi “kekuatan” tersendiri bagi alumninya. Alumni Gontor diharapkan bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan peradaban dengan nilai-nilai Gontor yang bisa mewarnai berbagai lini. Sangat menarik, ternyata Yahanu ini bukan hanya sekadar kata, tetapi sudah menjadi konsep filsafat hidup bagi banyak alumni Gontor. Melalui penelitian doktoralnya, Dr c. Saiful Amin MPd menemukan bahwa konsep “yahanu” mempunyai setidaknya empat dimensi, yaitu 1 kepercayaan diri yang dipicu oleh self esteem, 2 keberanian mencoba hal yang baru, 3 kesungguhan, kegigihan dan kerja keras, serta 4 keyakinan dan kemantapan diri untuk bertindak meraih tujuan. Dengan “yahanu”, alumni Gontor mempunyai kepercayaan diri yang penuh. Percaya diri yang tinggi membuat para alumni mampu berkiprah dalam berbagai bidang. Ditambah keberanian melangkah, faktor yahanu menjadi salah satu pendorong penting bagi kesuksesan seseorang. Tentu tidak berhenti di situ, ada kesungguhan, kerja keras serta kemantapan diri untuk istiqamah bertindak meraih tujuan. Dengan demikian, kata Yahanu menjadi konsep filsafat hidup yang membawa seseorang pada tingkatan kesuksesan lebih tinggi. Bagaimana konsep Yahanu ini dipraktikkan? Menurut Dr hc An Ubaedy, implementasi yahanu secara praktis bisa terbagi dua; yahanu yang “mardud” dan yahanu yang “mumtaaz”. Yahanu yang mardud adalah yahanu dalam konotasi negatif dan yahanu yang mumtaaz adalah yahanu dalam konteks positif. Yahanu yang “mardud”, tertolak adalah yahanu pada sebatas perasaan, feeling, insting, bahwa dia bisa. Kalau ditanya bisa atau tidak, dijawab dengan penuh keyakinan diri bahwa dia bisa. Padahal, hal itu hanya perasaaannya saja. Akhirnya hanya akan menjadi GR gede rumongso yang akhirnya malah menghancurkan. Sebaliknya, yahanu yang positif adalah yahanu yang diwujudkan dalam aktualisasi diri, membangun peran dan mengukir prestasi. Yahanu bermula dari merasa, lalu diwujudkan dalam berbagai kerja dan karya yang bermanfaat. Itulah yahanu yang mumtaaz. Dalam praktik ada yahanu mardud perasaan, feeling, insting bisa ada juga yahanu mumtaz yahanu yang berasal dari feeling pada aktualisasi diri, prestasi, dsb. Yahanu mumtaz ini pijakannya bisa ditemukan dari para pimpinan, dari Kiai Syukri, Kiai Hasan dan kiai lainnya yang bahasanya dibumikan pesannya kepada para santri. Yahanu menjadi penting sebagai modal dalam konteks yahanu mumtaz. Yahanu bisa membuat alumni Gontor berganti identitas dalam aktualisasi diri. Mahfudzot jarrib wa laahidz ini menjadi konsep awal yahanu mumtaz. Innaa fii maziyyatika aibak pesan dari Kiai Hasan Abdullah Sahal. Yahanu mardud harus ditekan sebagai kontemplasi untuk meningkatkan yahanu mumtaz sampai pada level nasional, bahkan internasional. Sementara itu, motivator Dr DH Ismail Al-Faruqi mengatakan, yahanu adalah bentuk afirmasi diri seseorang. Keyakinan bahwa dia mampu melakukan apa yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Gontor mendidik para santri, menginstall dengan nilai-nilai keberanian dan keyakinan melalui berbagai kegiatan, kompetisi, dan pendidikan berasrama ala Pondok. Hal itulah yang membuat alumni Gontor banyak meraih kesuksesan. Namun demikian, Prof M Din Syamsuddin PhD, anggota Badan Wakaf Pondok Modern Gontor mengingatkan, bahwa ada “yahanu” pada saat santri, dan ada pula “yahanu” pada saat menjadi alumni. Pada saat santri, “yahanu” ini penting sekali untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian melakukan sesuatu. Namun lebih banyak bersifat artifisial. Ketika selesai dari Gontor, menjadi alumni dan sudah terjun ke masyarakat, ada satu titik di mana tidak hanya berhenti pada “yahanu” saja, tetapi harus mengembangkan diri secara profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dalam bahasa beliau, Yahanu is a process of becoming, not state of being. Adalah proses yang terus berkembang, bukan berhenti. Anak Gontor dididik dalam lingkungan yang terus berkembang, bukan menjadi insan yang berhenti, itulah the power of Yahanu. Karena itulah, bagi penulis sendiri, yahanu itu adalah proses awal. Ada keberanian dan keyakinan diri yang besar untuk memulai sesuatu. Namun demikian, tidak cukup hanya sampai di situ. Harus diikuti dengan upaya meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri kalau ingin bersaing pada tingkat profesional. Kalau tidak, alumni Gontor hanya akan berkutat pada “yahanu” memiliki kepercayaan diri yang kuat, namun tidak akan bisa berbuat banyak karena kurangnya kompetensi untuk berkiprah di masyarakat.
\n \n \n\n \nkata kata hikmah kyai gontor
Sebenarnyakuncinya sangat mudah, yaitu seperti yang diungkapkan dalam kata-kata mutiara hikmah kehidupan yang satu ini. Kamu hanya perlu menjalani hidup, menikmatinya, kemudian jangan pernah berhenti bersyukur. 8. Percaya pada Diri Sendiri. Percayalah pada dirimu sendiri lebih dari siapapun.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tulisan ini merupakan dedikasi dan penghormatan untuk alm Imam Zarkasyi, ulama besar dan salah seorang Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor PMDG Ponorogo Jawa Timur. Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkahinya dengan Imam Zarkasyi, lahir di Desa Gontor Ponorogo Jawa Timur, pada 21 Maret 1910 dan wafat pada 30 April 1985 usia 75 tahun. Ayah dan ibunya berdarah ningrat Jawa Ulama. Leluhurnya adalah Kyai Ageng Mohammad Besari pendiri Pondok Tegalsari yang sangat masyhur di abad ke-18-19. Dalam dirinya pun mengalir darah Sultan Kasepuhan Cirebon dari nasab sang ayah. Namun kerendahan hati dan rasa tawadhu’, begitu tampak dalam pribadi dan kesehariannya. Ulama besar ini enggan memberi embel-embel “Raden”, “Ustad” atau “Kyai” pada namanya. Sebutannya sederhana saja, “Pak Zar”. Pakaian kebesarannya cukup sarung, jas dan peci hitam, tanpa jubah dan sorban yang melilit-lilit kepala. Bahkan seringkali berkaos oblong, berbekal paku dan palu, Pak Zar berkeliling memperbaiki sendiri barang-barang Pondok yang rusak, tanpa bantuan tukang. Bagi Pak Zar, sederhana bukan berarti miskin. Sebait kata-kata ini akan selalu dikenang para santri dan alumninya “Jika santri-santriku melihat bahwa apa yang kami makan, kami pakai, dan kami tempati lebih enak daripada yang santri-santriku rasakan, silakan protes!”. Adakah kita saksikan pada para pemimpin kita hari ini?... Pesantren Gontor adalah tempat untuk menyemai, memupuk serta menanam rasa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah, dan kebebasan. Menurut Pak Zar, sebuah institusi pendidikan yang baik dan konsisten, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik dan konsisten pula dan itu harus dimulai dari niat yang lurus. Inilah doa beliau saat pertama kali mendirikan Pondok Modern Gontor “Ya Allah, kalau sekiranya perguruan yang saya pimpin ini tak akan memberikan faedah-faedah kepada masyarakat, lenyapkanlah ia segera dari pandangan saya”.Niat dan doa kyai yang ikhlas ini, ternyata langsung dijawab kebaikan oleh Allah. Pondok Modern Darussalam Gontor, bukannya lenyap dari muka bumi, tapi justru hidup hingga kini. Gontor bukan hanya hidup sendiri, ia bahkan mampu melahirkan "anak-anaknya" di seantero nusantara bahkan sampai ke mancanegara. Ratusan pesantren cabang dan alumni Gontor dapat kita saksikan sekarang, tentu dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pak Zar, apalah artinya sebuah iklan, brosur, dan spanduk promosi yang bombastis, bahwa sekolahnya atau pesantrennya unggul dalam A, B, C, tapi pada kenyataannya jauh dari yang diiklankan. Baginya mudah saja, siapa yang percaya dan taat kepada Pondok, silakan datang dan belajar di Gontor. Tapi siapa yang tidak percaya dan tidak taat, silakan pergi. Gontor membuktikan konsistensinya itu saat “mengusir” orang santri pada “peristiwa hitam” 19 Maret 1967 Persemar dan hanya 400an santri yang dipanggil kembali untuk belajar. Apa kata pak Zar? “Sekalipun tinggal seorang murid, Gontor akan saya teruskan. Kalaupun tidak ada yang mau belajar, saya akan mengajar manusia dengan pena”. Setiap kali akan menandatangani surat pengusiran seorang santri, air mata Pak Zar menetes, teringat anak itu dan orang tuanya, dengan lirih beliau berkata “Anak itu harus saya usir, mudah-mudahan dia menjadi lebih baik, setelah keluar dari Gontor”.Sejak program KMI Gontor dibentuk di tahun 1936, Pak Zar dengan penuh kasih sayang mendidik langsung para santri, siang dan malam. Baginya, pendidikan lebih utama dari pengajaran. Sejak didirikan sampai sekarang, Gontor merumuskan kurikulumnya sendiri, mandiri, dan yang pasti tidak gonta-ganti. Tak ada campur tangan dari para menteri yang silih datang berganti dengan kurikulumnya sendiri-sendiri. Tak pernah ada kata intervensi, sekalipun sang menteri adalah alumni Gontor tak pernah mengenal UN Ujian Nasional! Ujian untuk para santrinya selalu dilaksanakan dalam bentuk ujian lisan dan essai, tak pernah ada soal pilihan ganda di kamus Gontor. Kata pak Zar, “Ujian itu untuk belajar, bukan belajar untuk ujian”. Sekali-kali, berkunjunglah ke Gontor saat ujian semester berlangsung. Lihatlah aura belajar dan suasana ujian yang sangat menakjubkan!.Puluhan tahun ijazah Gontor tak diakui di dalam negeri, lulusannya ditolak sana-sini saat akan mendaftar Perguruan Tinggi Negeri. Namun anehnya, sejak dulu berbagai pemerintah luar negeri memberi apresiasi pada alumni Gontor. Mesir 1957 Arab Saudi 1967 dan Pakistan 1991 mengakui ijazah alumni Gontor sejak lama. Bagaimana dengan pemerintah Indonesia? Negeri ini baru mengakui ijazah Gontor di tahun 2000, setelah 75 tahun!. “Kamu jangan minder, takut, atau kecil hati. Sampaikan dengan jujur dan ikhlas, orang pun akan menerima dengan baik”. Begitu nasehat Pak Santri Gontor, Kini Profesor Doktor 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya ILove Islam Kata-kata Hikmah. Dengan membaca dan memahami beberapa kata-kata Imam Syafii bisa membuka pikiran dalam memandang suatu permasalahan dalam hidup. 06 Dec 2021 80. Di Quote Islam Kata Kata Hikmah Kyai Gontor Berikut ini kata kata santri yang telah kami rangkum dari berbagai sumber. Tabah adalah akhlak yang mulia. ilustrasi ki Hajar Dewantara. - Kata-kata bijak Ki Hajar Dewantara rasanya tepat untuk direfleksikan di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2022. Ki Hajar Dewantara atau dengan nama lain Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan salah satu pahlawan yang turut memberikan andil bagi sejarah Kebangkitan Nasional. Ki Hajar Dewantara bersama dengan para penggagas Boedi Oetemo terus memberikan pergerakan yang berarti bagi persatuan bangsa Indonesia. Sejak berdirinya Boedi Oetomo, pergerakan yang lantas semakin kuat melabeli diri sebagai bangsa Indonesia itu pun terus bertumbuh dan berkembang. Maka dari itu, Ki Hajar Dewantara pun menjadi salah satu pahlawan yang mampu memberikan motivasi tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Dengan membaca kata-kata bijak Ki Hajar Dewantara, maka kita dapat senantiasa menghormati perjuangannya di masa penjajahan. Membagikan kata-kata bijak Ki Hajar Dewantara di Hari Kebangkitan Nasional juga dapat membangkitkan semangat orang-orang di sekitar Anda untuk kembali membangun Indonesia. Melansir dari berbagai sumber, berikut ulasan selengkapnya mengenai kata-kata bijak Ki Hajar Dewantara. 2 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara 1. "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu." 2. "Percaya, tegas, penuh ilmu hingga matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi rintangan apapun." 3. "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu." 4. "Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda." 5. "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah." 3 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara tentang Budi Pekerti 6. "Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka berpribadi, yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya." 7. "Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa." 8. "Amongsystem kita yaitu menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri." 9. "Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda." 10. "Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan rakyat." 4 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara tentang Kemerdekaan 11. "Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan." 12. "Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya rakyat yang sudah kuat akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna untuk kemakmuran negeri." 13. "Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap." 14. "Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani Di depan, seorang Pendidik harus memberi teladan yang baik, di tengah atau di antara Murid guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan arahan." 15. " Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka berpribadi, yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya." 5 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara tentang Kekeluargaan 16. "Janganlah orang mengira bahwa dasar kekeluargaan itu mengizinkan kita melanggar peraturan. Kekeluargaan kita adalah sikap kita pada yang takluk kepada organisasi kita. Barang siapa dengan terang-terangan atau dengan sengaja mengabaikan. Wajiblah kita memandang dia sebagai orang luaran." 17. "Janganlah orang mengira bahwa dasar kekeluargaan itu mengijinkan kita melanggar peraturan. Kekeluargaan kita adalah sikap kita pada yang takluk kepada organisasi kita. Barang siapa dengan terang-terangan atau dengan sengaja mengabaikan. Wajiblah kita memandang dia sebagai orang luaran." 18. "Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya rakyat yang sudah kuat akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna untuk kemakmuran negeri." 19. "Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan rakyat." 20. "Hormatilah dalam pada itu segala adat istiadat yang kuat dan sehat, yang terdapat di daerah-daerah dan yang tidak mengganggu atau menghambat Persatuan Negara dan Bangsa Indonesia." 6 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara tentang Kebenaran 21. "Mempunyai ketetapan, tidak tergoyahkan, berisi dengan berilmu pengetahuan, hingga yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik." 22. "Mempunyai ketetapan, tidak tergoyahkan, berisi dengan berilmu pengetahuan, hingga yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik." 23. "Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama." 24. "Di mana ada kemerdekaan di situ harus ada disiplin yang kuat. Sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada di dalam suasana yang merdeka." 25. "Dengan ilmu kita menuju kemuliaan." 7 dari 7 halaman Kata-kata Bijak Ki Hajar Dewantara tentang Persatuan ©2020 Fithriansyah 26. "Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama." 27. "Taman siswa menurunkan mutu pengajaran dan membawa kita kembali sepuluh tahun ke belakang! Memang kita harus kembali beberapa puluh tahun, kita amat mengingini untuk menemukan 'titik tolak' agar kita dapat berorientasi kembali kita telah salah jalan." 28. "Dalam berbicara seseorang harus tetap berpikiran jernih, hingga dapat mencetuskan ide-ide unggul dan berakhir dengan kemenangan." 29. "Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya." 30. "Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir." [mta] KATAKATA HIKMAT REPUTASI KATA IBARAT KACA SENANG DIHANCURKAN TETAPI SUKAR UNTUK MEMPERBAIKINYA ILMU ADALAH KUASA - Francis Bacan. BIAR Kedudukan & Jadual perlawanan Liga Malaysia . GROUP A Team GP W D L GF GA Pts Lions XII FC 5 2 2 1 4 2 8 Johor FC 5 2 2 1 6 6 8 Johor 5 1 2 2 5 5 5 Selangor PKNS 5 1 2 2 5 7 Sistem Pendidikan Karakter ala GONTOR Hingga saat ini, orang masih ribut tentang konsep pendidikan karakter, namun, kenyataannya, baru dalam tataran wacana, sekadar berkembang dengan baik di seminar-seminar, atau talk show-talk show di televisi, bahkan masih kontroversial di antara lembaga pendidikan. Dengan pemikirannya yang brillian, para pakar itu menjelaskan bagaimana sebaiknya pelaksanaan pendidikan karakter itu. Akan tetapi, bagaimana bentuk konkretnya, sebagai keberhasilan pemikiran para pakar itu, belum ada contoh yang nyata, yang dapat dilihat. Tulisan ini hanya akan memaparkan pendidikan karakter menurut pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor PM Gontor/Gontor, sebagai upaya tukar pengalaman, tanpa bermaksud menggurui. Definisi Pondok Pesantren Menurut Pendiri GONTOR Pendiri PM Gontor mencanangkan definisi tentang pondok pesantren demikian, “Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dimana kyai sebagai sentral figur, dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Definisi tersebut, tentu, tidak universal, hanya menurut PM Gontor. Yang jelas, definisi itu menunjukkan bahwa pondok itu melakukan pendidikan karakter, yakni pendidikan tentang kehidupan dengan karakter Islami menurut ikhtiyar Gontor. Kyai sebagai sentral figur bermakna segala gerak-gerik kyai, peranan kyai, sepak terjang kyai, kehidupan kyai, hingga rumah kyai dapat dilihat untuk dijadikan contoh bagi para santrinya. Sementara itu, makna masjid sebagai titik pusat yang menjiwai, menunjukkan bahwa masjid merupakan pusat dan ruh pendidikan karakter yang religius. Pilar utama nilai pendidikan karakter di Gontor ada lima, lazim disebut Panca Jiwa, yakni Keikhlasan; Kesederhanaan; Ukhuwwah Islamiyah; Kemandirian; dan Kebebasan. Kecuali itu, ada motto “Berbudi tinggi; Berbadan Sehat; Berpengetahuan Luas; dan Berpikiran Bebas.” Maknanya, sebelum seseorang berpikiran bebas, dia harus berpengetahuan luas. Sedangkan syarat berpengetahuan luas mencari ilmu adalah berbadan sehat dan berbudi tinggi. Dalam praktiknya, nilai-nilai itu dijabarkan dalam bentuk materi pendidikan dan pengajaran, dan ditanamkan kepada para santri agar menjadi pengangan hidup. Penanamannya dilakukan secara masif, yakni melalui pengajaran-pengajaran di dalam kelas Kulliyyatu-l-Muallimin al-Islamiyyah KMI —lembaga pendidikan klasikal-nya Gontor— maupun pendidikan di luar kelas. Hal di atas sangat mungkin dapat dilakukan karena PM Gontor mewajibkan guru dan santrinya tinggal di pondok selama 24 jam penuh dalam sehari. Jadi, PM Gontor mengambil seluruh tri pusat pendidikan yang ada rumah, sekolah, dan masyarakat. Karena belajar hidup, maka segala sesuatu sekolah, mandi, makan, tidur, mencuci baju, dsb., dilakukan di dalam pondok. Sebagai teladan atau contoh penerapan jiwa-jiwa di atas adalah santri lama, para guru, dan puncaknya kyai—di Gontor disebut Pimpinan Pondok. Dengan sistem asrama penuh, penanaman jiwa pondok dan pendidikan karakter benar-benar lekat dan dapat menjadi pegangan hidup. Sudahkah Berwakaf di Bulan Ini ? Proses Pendidikan di Pesantren GONTOR Proses pendidikan di dalam dan di luar kelas asrama berlangsung masif dan integral; guru di kelas adalah juga guru pembimbing di asrama, di luar kelas. Di PM Gontor, budaya meniru sangat kuat. Agar lebih mudah dicerna, pendiri Gontor menyederhanakan pengertian pendidikan, yakni apa yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan. Karena seluruh santri, guru, dan kyai tinggal di dalam pondok, setiap hari, para santri akan melihat segala gerak-gerik para guru dan kyai, perilakunya, cara makannya, ibadahnya, cara berpakaiannya, dsb. Meskipun tidak mengalami, seorang santri dapat melihat, mendengar, dan merasakan. Lantas, semuanya akan tertanam di dalam hati dan pikirannya. Muaranya, para santri akan meniru apa saja yang dilakukan para pendahulunya, begitu seterusnya, belangsung selama bertahun-tahun. Pendidikan karakter di sekolah KMI ditanamkan melalui pelajaran Al-Qur’an, Al-Hadits, Mahfuzhat Kata-kata Hikmah, Muthalaah, termasuk pelajaran Tata Negara, Sejarah, dsb. Sementara itu, di luar kelas, baik di asrama maupun di tempat-tempat aktivitas di luar asrama, pendidikan karakter dilakukan melalui aktivitas kepramukaan, keorganisasian, keolahragaan, kesenian, kebahasaan, dan keterampilan. Memang, tidak semua santri mengikuti semua aktivitas itu, ada aktivitas pilihan. Banyaknya aktivitas itu menyebabkan tidak ada kamus menganggur bagi santri Gontor. Istirahat adalah pergantian aktivitas, bukan menganggur, istirahat, bersantai, atau leyeh-leyeh. Ada seorang ahli pendidikan mengatakan, bahwa pendidikan karakter lebih efektif dilakukan melalui aktivitas ekstra kurikuler. Begitu pula yang dilakukan Gontor. Dari aktivitas kepramukaan, misalnya, dapat ditanamkan nilai pendidikan karakter seperti kerja sama, ukhuwwah persatuan’, keberanian, toleransi, nasionalisme, dsb. Dalam aktivitas keorganisasian, dapat ditanamkan nilai keberanian, tanggung jawab, keikhlasan, keadilan, kejujuran, kedewasaan, dsb. Begitu seterusnya. Kalau ada yang meragukan nasionalisme anak Gontor, datang saja ke Gontor! Anda pasti akan malu. Jangankan anak Gontor yang asli Indonesia, para santri yang berasal dari Malaysia, Thailand, Amerika, Australia, dsb., saja wajib berlatih pramuka seminggu sekali. Dalam latihan itu, mereka wajib menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mengibarkan bendera merah putih, dan membaca Pancasila. Hebat, bukan? Ada juga, orang yang belum paham mencemooh Gontor, yang seolah, tidak membaur dengan masyarakat. Untuk hal ini, Imam Zarkasyi almarhum, salah satu Pendiri Gontor pernah mengatakan, “Apa yang kamu lihat dan kamu alami di pondok ini akan kamu temui di masyarakat nanti.” Sementara itu, pendidikan kemasyarakatan yang diajarkan Gontor itu adalah masyarakat internasional, bukan hanya masyarakat desa. Namun, kenyataannya, pendidikan kemasyarakatan ala Gontor juga cocok diterapkan di masyakat mana saja, termasuk masyarakat desa. Buktinya, sudah banyak alumni Gontor yang berhasil mengabdi di masyarakat, diterima dengan baik di masyarakatnya, kecuali yang telah berkiprah di skala nasional maupun internasional.. Pendidikan Karakter Menyentuh Semua Elemen Pesantren GONTOR Pendidikan karakter tidak berhenti pada santri, melainkan juga setelah santri menjadi guru. Tugas guru Gontor ada tiga, yakni mengajar dan mendidik santri, mengikuti perkuliahan, dan membantu Pimpinan Pondok dalam berbagai hal, seperti menjadi sekretaris Pimpinan Pondok, menjadi staf Bagian Administrasi Keuangan, menjadi staf di KMI, menjadi staf Universitas Darussalam, mengelola yayasan dan peluasan wakaf Pondok, menjadi staf Pengasuhan Santri, menjadi wali kelas, membimbing santri di asrama-asrama, menjadi pengurus Dewan Mahasiswa, dsb. Para guru itu dalam menjalankan tugas, sama sekali, tidak dibayar. Tidak ada uang jabatan, tidak ada uang rapat, tidak ada honor kepanitiaan, tidak ada uang lelah, dsb. Mereka sadar bahwa dirinya, pribadinya akan dicontoh, akan ditiru oleh para siswa atau santri. Mereka bekerja all out. Pengalamannya mengemban amanat itu sudah merupakan gaji terbesar bagi mereka. Betapa tidak. Kyai atau Pimpinan Pondok mempercayakan amanah yang cukup berat kepadanya. Seorang guru di dalam kelas, juga membimbing santri di luar kelas, di asrama dan aktivitas ekstra kurikuler. Bagian Administrasi, misalnya, dalam usia 20 tahunan harus mengurus keuangan pondok yang berjumlah trilyunan. Beberapa staf yang bekerja di lembaga ini harus bertanggung jawab atas keluar masuknya uang dalam jumlah cukup besar, uang ribuan orang siswa, dan uang milik pondok. Pedoman kerjanya, pesan Imam Zarkasyi, “Administrasi yang baik wajib, perlu mutlak untuk menjaga kepercayaan.” Proses Pelaksanaan Pendidikan Karakter di GONTOR Proses pendidikan karakter di Gontor dibarengi dengan penerapan disiplin ketat. Setiap awal tahun, di PM Gontor ada “Tengko” teng komando. Malam itu, usai shalat Isaya’, di setiap asrama dibacakan segenap peraturan yang ada di PM Gontor, sekaligus sanksinya jika melanggar. Pembacaannya pun hanya sekali, tidak diulang. Sejak malam itu pula semua santri wajib mentaati disiplin, di antaranya disiplin waktu, disiplin berpakaian, disiplin bahasa, disiplin beraktivitas, dsb. Begitulah penanaman atau pendidikan karakter di PM Gontor. Hasilnya, setelah tamat, para alumni Gontor akan begitu mudah dikenali oleh orang pada umumnya, dan, apalagi, sesama alumni, khususnya, meskipun berbeda dekade. Dalam suatu kunjungan ke luar negeri bagi para kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri MAN, seorang alumnus yunior “curiga”, bertanya kepada salah satu kepala MAN, “Antum khirrij Ma’had?” Apakah Anda alumnus Gontor?’. dengan terperangah, orang tersebut menjawab, “Na’am, ana min Ma’had?” Benar, saya alumnus Gontor.’. Lantas perbincangan akrab pun terjadi, seolah bapak dengan anak. Cerita lain. Suatu saat, sejumlah 40 orang perwakilan lembaga pendidikan di Indonesia berkesempatan mengunjungi Amerika Serikat. Setelah bertemu dan saling berkenalan, 30 di antaranya, ternyata, adalah alumni Gontor. Subhanallah! Demi melihat hal itu, salah satu alumnus mengatakan, “Hadza jamiatu al-firan.” Wah, ini pasukan tikus, namanya.’, mengenang salah satu kisah dalam pelajaran Muthala’ah di Gontor. Mendengar olok-olok seperti itu, mereka pun tertawa, tak seorang pun marah. Ada yang menarik dari pendidikan karakter di Gontor, yakni pesan para pendiri yang dijadikan slogan bekerja dan bersikap. Slogan itu pengalaman hidup kyai pendiri. Dalam pengarahan sebelum berkerja untuk pondok, seperti mengecor gedung, Kyai selalu berpesan, “Anak-anakku sekalian, kita akan ngecor. Ikhlas bekerja, tidak ikhlas juga harus bekerja. Maka sebaiknya, berkerjalah dengan ikhlas.” Dalam mengabdi kepada pondok, sebaiknya, total, tanpa pamrih. “Banda, bau, pikir, lèk perlu sak nyawane pisan.” Yang lain, dengan lantang, kyai berkata kepada santrinya, “Jika tempat tidur saya, baju saya, makan saya lebih baik dan lebih enak daripada anak-anak, silakan protes!” Di Gontor, kyai tidak dibayar, bahkan juga masih membayar dalam beberapa urusan. Mengenai karakter kyai Gontor, pernah ada cerita, seorang santri ingin sekali membantu menyapu rumah kyai. Awalnya, isteri kyai itu melarang, karena memang sudah ada pembantu yang biasa melakukan. Namun, sang santri ini memohon dengan sangat, demi pengabdiannya. Akhirnya, suatu kali, dikabulkan. Apa yang terjadi? Saat harus menyapu kamar kyai, tiba-tiba matanya meleleh, sesenggukan menangis terharu. Betapa dia melihat sendiri kesederhanaan sang kyai. Sebuah tempat tidur besi kuno, dengan kasur kapuk, namun semua sprei dan sarung bantalnya putih, bersih. Hampir-hampir, dia menghentikan pekerjaannya. Begitulah Gontor, apa adanya. Pendidikan karakter bukan sekadar kata-kata, melainkan dapat dilihat dan ditiru dari kyainya. Sungguh, pendidikan karakter ala Gontor, membuat karakter itu melekat erat dalam diri para santri dan para alumni, bahkan menjadi pakaian atau sikap pribadinya, sehingga mudah dikenali. Bagaimana tidak menjadi pakaian. Para santri itu dididik selama 24 jam sehari, berlangsung selama 4, 6, bahkan 10 tahun bagi yang menjadi guru hingga sarjana, jelas akan melekat sampai kapan pun. Sehingga, pakaian Gontor itu dapat terlihat jelas. Bahkan, untuk menjaga agar pakaian itu tidak lepas, setiap tahun, Ahmad Sahal selalu berpesan kepada calon alumni Gontor, “Di jidatmu telah tertulis kata PM’ Pondok Modern.” Maka, para alumni harus berhati-hati, menjaga marwah, agar tetap terhormat, dihargai karena akhlaqnya, akhlaq Gontor. Sedikit cerita, pernah suatu ketika salah seorang presiden RI akan mengangkat seseorang menjadi duta besar, lantas bertanya begini “Bapak dulu alumnus mana?” “Saya alumnus S2 Univesitas Indonesia.”Sang Presiden masih ragu, belum mantap atas jawaban itu. Lantas, kembali terlontar pertanyaan pendek. “Sebelumnya?” “Saya tamatan sarjana IAIN Ciputat.” Kening Presiden berkerut, belum puas atas jawabannya; ragu demi melihat karakter yang dimiliki calon dubes itu. Pertanyaan serupa di atas pun diulang, “Sebelumnya?” “Oh, sejak tamat Sekolah Dasar hingga Sarjana Muda, saya dididik di Pondok Modern Gontor.” Spontan, Presiden tersenyum, sembari menunjukkan jari telunjuknya, berkata, “Nah, ini yang saya maksud, yang saya cari. Kalau ini saya baru percaya.” Subhanallah! Sungguh, mengharukan. Maka, kalau mau melihat pendidikan karakter yang sesungguhnya, datanglah ke Gontor! Semua dapat dilihat dengan jelas, apa adanya. Akhir September 20017 [Penulis Ust. Nasrulloh Zarkasyi Semoga jadi amal jariyah bagi Penulis dan Penyebar tulisan inspiratif ini…. aamiinn Allahumma Aamiinn] BACA 13 Logis Alasan Anak Zaman Now Sekolah di Pesantren
KumpulanKata-kata Mutiara KH. Hasyim Asy'ari, Nasehat Ulama NU (Nahdlatul Ulama) Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy'ari (Kyai Haji Hasyim Asy'ari) adalah sosok ulama besar lahir dari sebuah keluarga dengan didikan dasar-dasar agama yang kuat (dilahirkan di Kabupaten Jombang, 14 Februari 1871 dan wafat di umur ke 76 tahun di Jombang, 21
Dalamwaktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air humor- humor santri yang baik adalah yang tidak menyinggung aqidah, tidak mempermainkan ayat al- qur'an atau ibadah, dan harus terhindar dari kata- kata jorok dan kata- kata kasar yang dapat menyinggung tata akhlaqul karimah dan harus mengandung nilai pendidikan, bukan asal melucu
mBuct5h.
  • 08v7wcfa24.pages.dev/118
  • 08v7wcfa24.pages.dev/162
  • 08v7wcfa24.pages.dev/352
  • 08v7wcfa24.pages.dev/268
  • 08v7wcfa24.pages.dev/118
  • 08v7wcfa24.pages.dev/254
  • 08v7wcfa24.pages.dev/56
  • 08v7wcfa24.pages.dev/134
  • 08v7wcfa24.pages.dev/193
  • kata kata hikmah kyai gontor